Jumat, 18 Januari 2013

DESA MANGARAN


Desa Mangaran, Kecamatan Kabaruan, Kabupaten Kepulauan Talaud, adalah satu diantara berpuluh-puluh desa yang ada di Kepulauan Talaud.  Hampir sama dengan desa-desa lainnya, desa Mangaran mempunyai adat istiadat yang menjadi kebiasaan sehari-harinya seperti :

--- PENGGUNAAN BAHASA DAERAH ----

Seperti yang dikatakan oleh Samovar dkk di buku Komunikasi Lintas Budaya (hlm 269) bahwa bahasa merupakan sekumpulan simbol atau tanda yang disetujui untuk digunakan oleh sekelompok orang untuk menghasilkan arti. Sama halnya dengan di Desa Mangaran penggunaan bahasa daerah sangat kental di sana bahkan saking kentalnya bahasa-bahasa yang diajarkan di sana seperti Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris hampir diacuhkan bahkan menjadi bahan tertawaan apabila ada orang yang menggunakan bahasa tersebut. Tapi di sana tetap ada yang bisa menggunakan Bahasa Indonesia bahkan Bahasa Inggris dengan baik.


 --- AGAMA ---

Gereja Germita Marantha Mangaran

Pendeta sedang berdoa


Sama halnya dengan yang dikatakan oleh Samovar dkk(hlm 124) bahwa agama menyatukan semua pengikutnya dalam pencaharian mereka akan bimbingan dan petunjuk. Di desa Mangaran ini, hampir semua masyarakatnya memeluk agama Kristen Protestan dan Katolik, agama-agama yang lain bahkan hanya satu sampai lima orang saja. Itupun mereka hanya datang ke Mangaran untuk menjual barang dagangan mereka. Tapi untuk beribadah mereka harus pergi ke pulau tetangga yakni Pulau Salibabu yang menyediakan tempat ibadah seperti masjid bagi yang beragama islam.


--- PANDANGAN MENGENAI KEMATIAN ---


Menurut Samovar dkk di dalam buku Komunikasi Lintas Budaya (hlm 139) mereka menuliskan bahwa pandangan kematian orang kristen adalah bahwa ada kehidupan setelah kematian yakni surga sebagai tempat bagi mereka yang hidup dengan baik dan benar sedangkan mereka yang jahat akan berada di neraka selamanya. Pandangan itulah yang sama seperti pandangan orang-orang yang ada di Desa Mangaran sesuai dengan agama yang dianut.




--- PERNIKAHAN ---

Menurut Samovar dkk dalam bukunya Komunikasi Lintas Budaya (hlm 64) bahwa keluarga merupakan salah satu institusi sosial budaya yang mempunyai tugas untuk meneruskan budaya dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Nah, untuk membentuk sebuah keluarga tentu harus ada apa yang namanya pernikahan. Pernikahan di desa Mangaran dilakukan sesuai dengan aturan-aturan agama dari kedua mempelai. Sedangkan untuk acara resepsinya dan adatnya diadakan di rumah salah satu mempelai dengan mengundang warga desa untuk merasakan bersama kebahagiaan mereka. Sebelum menghadiri pemberkatan nikah kedua mempelai harus mengikuti acara adat sebelum hari H nya yang dikenal dengan bahasa di sana "MAMAHUWIHARA". Dalam acara tersebut kedua mempelai dinasihati oleh kepala adat untuk bagaimana hidup sehari-hari.


Pernikahan menurut agama Katolik


Resepsi pernikahan



--- PEMIMPIN ---

Dalam soal pemimpin, masyarakat desa Mangaran sudah sedikit maju yaitu dengan mengadakan pemilihan umum seperti layaknya pemilihan presiden atau calon legislatif. Tetapi selain kepala desa orang-orang yang bisa menjadi pemimpin di desa Mangaran antara lain kepala adat atau biasa dikenal dengan bahasa setempat adalah "ratumbanua."

--- WISATA "ANNEMAWIRA"----

Desa Mangaran sebenarnya adalah merupakan desa yang indah dengan pantai pasir putih yang membentang luas, tapi karena pembangunan yang terus-menerus dilakukan sehingga  para penambang liar mengambil pasir yang ada disana. Tapi sampai sekarang pantai tersebut masih bisa kita rasakan keindahannya karena masih ditunjang oleh air laut yang biru dan segar. Tapi jangan kelamaan mandi yah soalnya cuaca di sana apalagi siang sangat panas. 


Pemandangan sore di Pantai Mangaran


Kejar-kejaran di Pantai


Berpose di atas pasir yang bersih dan dihiasi pelangi


Pantai yang masih asli


Bermain ombak


Gulungan ombak yang indah


--- TARIAN (KESENIAN) ---

Kesenian di desa Mangaran yang paling terkenal adalah ketika natal, yaitu tarian garis dobol. Tarian ini diwariskan dari generasi ke generasi seperti kata Samovar dkk di buku Komunikasi Lintas Budaya (hlm 44) dinyatakan bahwa budaya itu diturunkan dari generasi ke generasi. Tarian ini dilakukan dengan cara  para warga membuat sebuah barisan di jalanan tiga sampai lima baris dan menunggu komando dari seorang leader untuk melakukan gerakan - gerakan.  Contohnya seperti di bawah ini yah






Tidak ada komentar:

Posting Komentar