Sabtu, 19 Januari 2013

DISKOTIK? ada ga yah? yang ada "DISKO TANAH"


Siapa bilang anak desa  tidak tahu tentang diskotik? Mereka tahu kok cuma di sana dikenal dengan nama "DISKO TANAH." Kenapa disko tanah? yahh karena orang-orangnya menari di atas tanah. Bukan cuma anak-anak muda lohh tapi dari anak-anak sampai orang tua malah ikutan menari. Tapi paling sering anak-anak muda, apalagi yang punya pasangan pelukan, ciuman, semua mereka bisa lakukan udah kayak diskotik di kota-kota besar. Lagu-lagunya dapat dari mana yah? mereka download dari internet lohh...hebat kan di sana bisa internet cuma pasti loadingnya lama banget. Kondisi seperti ini dapat dikaitkan dengan tulisannya Samovar dkk dalam buku Komunikasi Lintas Budaya di mana budaya itu dipelajari lewat media massa. Nggak mungkin kan mereka bisa mengetahui kondisi ketika diskotik itu seperti apa bahkan lagu-lagu yang digunakan itu yang bagaimana semua itu melalui media massa, mereka melihat dan mempelajari bahkan mempraktekkan sendiri apa yang mereka lihat. Jadi jangan heran yahh kalo berkunjung ke desa Mangaran.

Ini dia tempatnya

GOTONG-ROYONG

Seperti yang tertulis di buku Komunikasi Lintas Budaya yang ditulis oleh Samovar dkk (hlmn 239) bahwa budaya kolektivisme berarti penekanan terhadap :
a.  Pandangan, kebutuhan, tujuan kelompok-dalam dibandingkan  diri sendiri
b. Norma dan kewajiban sosial yang ditentukan oleh kelompok-dalam dibandingkan untuk bersenang-senang
c. Kepercayaan dianut dalam kelompok dalam yang membedakan pribadi dalam kelompok dalam, dan
d. Kesediaan untuk bekerja sama dengan anggota kelompok dalam. Sama halnya dengan masyarakat di desa Mangaran yang sampai sekarang ini masih kental atau masih berlaku sistem gotong-royong di mana masyarakat saling membantu satu sama lain walaupun itu tidak dibayar. Ungkapan terima kasih keluarga hanya ditunjukkan dengan makan bersama dan itu sudah sangat cukup untuk menyatakan rasa terima kasih keluarga kepada orang-orang yang membantu. Hal lainnya juga adalah di desa Mangaran ini, ikatan persaudaraannya masih sangat kuat dan erat.



     gotong-royong membuat tempat syukuran
  Ibu-ibu sedang membuat makanan


                                                  

MAKANAN KHAS

Sama halnya dengan daerah-daerah lain, desa Mangaran juga mempunyai makanan khas. Tapi jangan heran yah di sini binatang apapun bisa dibuat menjadi makanan. Contohnya babi, anjing, sapi, ayam, dan lain-lain. Di desa Mangaran ini mayoritas beragama kristen jadi semua binatang bisa dijadikan makanan. Jangan ngiler yahh....

Babi putar

Ketupat dkk

Sate

Nasi Bulu dkk


Lagu Daerah "LEMBUNGU RINTULU"


Lembungu rintulu banua nilungkang
Porodisa ilelareng,
maning ta’ damene tala arangsange
Taloda mananaunganna.
     
Reff.  
Imberang wala asegone
Arie wala asiare
Porodisa mang su naungan-naungan
Talode mang su endumang.

Jumat, 18 Januari 2013

DESA MANGARAN


Desa Mangaran, Kecamatan Kabaruan, Kabupaten Kepulauan Talaud, adalah satu diantara berpuluh-puluh desa yang ada di Kepulauan Talaud.  Hampir sama dengan desa-desa lainnya, desa Mangaran mempunyai adat istiadat yang menjadi kebiasaan sehari-harinya seperti :

--- PENGGUNAAN BAHASA DAERAH ----

Seperti yang dikatakan oleh Samovar dkk di buku Komunikasi Lintas Budaya (hlm 269) bahwa bahasa merupakan sekumpulan simbol atau tanda yang disetujui untuk digunakan oleh sekelompok orang untuk menghasilkan arti. Sama halnya dengan di Desa Mangaran penggunaan bahasa daerah sangat kental di sana bahkan saking kentalnya bahasa-bahasa yang diajarkan di sana seperti Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris hampir diacuhkan bahkan menjadi bahan tertawaan apabila ada orang yang menggunakan bahasa tersebut. Tapi di sana tetap ada yang bisa menggunakan Bahasa Indonesia bahkan Bahasa Inggris dengan baik.


 --- AGAMA ---

Gereja Germita Marantha Mangaran

Pendeta sedang berdoa


Sama halnya dengan yang dikatakan oleh Samovar dkk(hlm 124) bahwa agama menyatukan semua pengikutnya dalam pencaharian mereka akan bimbingan dan petunjuk. Di desa Mangaran ini, hampir semua masyarakatnya memeluk agama Kristen Protestan dan Katolik, agama-agama yang lain bahkan hanya satu sampai lima orang saja. Itupun mereka hanya datang ke Mangaran untuk menjual barang dagangan mereka. Tapi untuk beribadah mereka harus pergi ke pulau tetangga yakni Pulau Salibabu yang menyediakan tempat ibadah seperti masjid bagi yang beragama islam.


--- PANDANGAN MENGENAI KEMATIAN ---


Menurut Samovar dkk di dalam buku Komunikasi Lintas Budaya (hlm 139) mereka menuliskan bahwa pandangan kematian orang kristen adalah bahwa ada kehidupan setelah kematian yakni surga sebagai tempat bagi mereka yang hidup dengan baik dan benar sedangkan mereka yang jahat akan berada di neraka selamanya. Pandangan itulah yang sama seperti pandangan orang-orang yang ada di Desa Mangaran sesuai dengan agama yang dianut.




--- PERNIKAHAN ---

Menurut Samovar dkk dalam bukunya Komunikasi Lintas Budaya (hlm 64) bahwa keluarga merupakan salah satu institusi sosial budaya yang mempunyai tugas untuk meneruskan budaya dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Nah, untuk membentuk sebuah keluarga tentu harus ada apa yang namanya pernikahan. Pernikahan di desa Mangaran dilakukan sesuai dengan aturan-aturan agama dari kedua mempelai. Sedangkan untuk acara resepsinya dan adatnya diadakan di rumah salah satu mempelai dengan mengundang warga desa untuk merasakan bersama kebahagiaan mereka. Sebelum menghadiri pemberkatan nikah kedua mempelai harus mengikuti acara adat sebelum hari H nya yang dikenal dengan bahasa di sana "MAMAHUWIHARA". Dalam acara tersebut kedua mempelai dinasihati oleh kepala adat untuk bagaimana hidup sehari-hari.


Pernikahan menurut agama Katolik


Resepsi pernikahan



--- PEMIMPIN ---

Dalam soal pemimpin, masyarakat desa Mangaran sudah sedikit maju yaitu dengan mengadakan pemilihan umum seperti layaknya pemilihan presiden atau calon legislatif. Tetapi selain kepala desa orang-orang yang bisa menjadi pemimpin di desa Mangaran antara lain kepala adat atau biasa dikenal dengan bahasa setempat adalah "ratumbanua."

--- WISATA "ANNEMAWIRA"----

Desa Mangaran sebenarnya adalah merupakan desa yang indah dengan pantai pasir putih yang membentang luas, tapi karena pembangunan yang terus-menerus dilakukan sehingga  para penambang liar mengambil pasir yang ada disana. Tapi sampai sekarang pantai tersebut masih bisa kita rasakan keindahannya karena masih ditunjang oleh air laut yang biru dan segar. Tapi jangan kelamaan mandi yah soalnya cuaca di sana apalagi siang sangat panas. 


Pemandangan sore di Pantai Mangaran


Kejar-kejaran di Pantai


Berpose di atas pasir yang bersih dan dihiasi pelangi


Pantai yang masih asli


Bermain ombak


Gulungan ombak yang indah


--- TARIAN (KESENIAN) ---

Kesenian di desa Mangaran yang paling terkenal adalah ketika natal, yaitu tarian garis dobol. Tarian ini diwariskan dari generasi ke generasi seperti kata Samovar dkk di buku Komunikasi Lintas Budaya (hlm 44) dinyatakan bahwa budaya itu diturunkan dari generasi ke generasi. Tarian ini dilakukan dengan cara  para warga membuat sebuah barisan di jalanan tiga sampai lima baris dan menunggu komando dari seorang leader untuk melakukan gerakan - gerakan.  Contohnya seperti di bawah ini yah






Pulang Kampung

Libur natal bulan desember kemarin, kebetulan saya pulang kampung yakni ke Desa Mangaran Kecamatan Kabaruan Kabupaten Kepulauan Talaud dari Tangerang. Dari Tangerang ke Bandara International Soekarno-Hatta dengan menggunakan taksi, ongkosnya sekitar 100.000-150.000 dari tempat tinggal saya. Setelah sampai di Bandara saya check-in di Terminal 3 untuk mengikuti penerbangan Air Asia ke Makassar, Sulawesi Selatan dengan waktu dua jam. Setelah sampai di Makassar sambil menunggu penerbangan ke Manado, Sulawesi Utara, saya mampir ke warung-warung yang ada di Bandara International Sultan Hassanudin Makassar untuk mencoba makanan khas yang ada di sana.

 di Bandara International Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan

di Bandara International Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan


Setelah sekitar tujuh jam saya di Bandara Makassar, saya melanjutkan penerbangan ke Manado dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan waktu satu jam lebih. Tiba di Bandara International Samratulangi Manado, saya dijemput dan menginap satu malam di rumah om dan tante saya. 


Besok harinya, saya kembali melanjutkan perjalan menuju Talaud dengan menggunakan kapal laut, sebenarnya ada pesawat cuma karena harganya mahal jadi saya naik kapal laut. Naik kapal laut dengan tujuan Manado-Talaud ongkosnya Rp 165.000 dan kalau tiket VIP Rp 330.000  per orang. Setelah tiba di pelabuhan kapal, saya mampir dulu ke warung kecil yang menawarkan makanan khas mereka yang biasa orang mengenalnya dengan nama "MIE CHE." Selesai makan, saya naik kapal dan menunggu keberangkatan ke Talaud. Perjalanan ke Talaud ditempuh dengan waktu 12-14 jam.

Setelah sekitar pukul enam pagi, tidak terasa kapal sudah sampai di perairan Kepulauan Talaud, aroma segar dan laut yang indah dipandang mulai menggoda. Setelah merapat di pelabuhan pertama Talaud yaitu desa Mangaran, saya turun dan langsung menuju rumah. 


Pelabuhan Kapal di Mangaran


Kepulauan Talaud

Keindahan Pantai di Mangaran, Kabupaten Kepulauan Talaud

--- SEJARAH ---

Talaud merupakan sekumpulan pulau-pulau di lautan pasifik yang termasuk didalamnya Kepulauan Mindanau, Sangihe dan Palau. Mengapa terdapat banyak pulau di wilayah pasifik? Berdasarkan cerita rakyat Sangihe- Talaud, ada keturunan Raja Langit Gumansalangi yang turun dari kayangan, ingin mempersunting gadis desa di wilayah tersebut. Karena ditumitnya penuh kekuatan bara api, ketika ia menginjakan kakinya ke bumi, terpencarlah daratan hinggal membagi pulau-pulau tersebut yang semula adalah satu, Pada mas pe-layanan atau zending, Talaud jarang dikunjungi oleh para penyebar agama atau pendeta-pendeta dari Belanda yang datang dari Ternate, Batavia ataupun Maluku.
Dengan demikian,usaha penyebaran agama masih sangat langkah di awal tahun 1890-an, Menurut penginjil Brilman bahwa nuansa di Kepulauan Talaud sangat berbeda dengan yang ada di Sangihe. Para penduduk setempat masih mem-percayai agama animis dan ajaran korban serta darah manusia. Hal lain menurut penuturan cerita rakyat, silsilah keturunan Raja Makaampo yang berkuasa di Talaud, seorang putranya menikah dengan putri dari Mindanau.
Oleh sebab itu, terjadilah hubungan kekeluargaan yang secara nyata tidak ada pemisahan negara sebagaimana yang terjadi sekarang ini. Sejak dahulu, telah terbina hubungan kekerabatan dan kekeluargaan sehingga nyatalah kalau sekarang ada penduduk indonesia atau sangihe Talaud yang melakukan usaha perkebunan kelapa di Mindanau atau kepulauan sekitarnya. Sumber : http://www.identitasnews.com/index.php/nusa-utara.html


Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu kota Melonguane ini adalah salah satu kabupaten yang letaknya berada di ujung utara Indonesia dan berbatasan langsung dengan Negara tetangga yakni Filipina. Di Kabupaten Kepulauan Talaud sendiri, ada begitu banyak pulau-pulau dengan bahasa, adat, dan kebiasaan mereka masing-masing. Dahulunya, Kepulauan Talaud satu kabupaten dengan Sangihe tapi karena jarak antara Talaud dan Sangihe cukup jauh membutuhkan waktu enam jam naik kapal laut dan apabila naik pesawat waktunya sekitar 30 menit sehingga menyulitkan distribusi atau pasokan baik itu dari bidang ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Alasan lain juga adalah Kepulauan Talaud sudah bisa berdiri sendiri yakni pada tanggal 02 Juli 2002. Pulau-pulau yang ada di Talaud mempunyai keunikannya masing-masing. Nama-nama pulau tersebut antara lain Pulau Kabaruan, Pulau Salibabu, Pulau Karakelang, Pulau Nanusa, Pulau Miangas. 

--- MATA PENCAHARIAN ---

Mata pencaharian masyarakat setempat kebanyakan adalah sebagai petani atau nelayan. 


Para Nelayan
 


Perkebunan Kelapa